Beberapa waktu lalu rekan kerja saya menceritakan sebuah kejadian menarik yang berhubungan dengan perubahan iklim. Rekan saya tersebut adalah salah satu guru wali kelas di sekolah kami. Pada suatu hari ia sedang membagikan raport (laporan hasil belajar) semester satu Tahun Pelajaran 2010/2011 kepada wali murid di ruang kelas dimana kami biasa mengajar. Pembagian raport dimulai pukul 09.00 WIB, tetapi para wali murid sudah banyak yang menunggu di ruang kelas sejak jam delapan. Maklumlah mungkin para wali murid tersebut sudah tidak sabar untuk mengetahui hasil belajar anak mereka, atau mungkin pula mereka tidak mau menunggu antrian yang terlalu lama jika berangkat agak siang. Mulai jam sembilan Ibu Guru, rekan saya tersebut mulai membagikan raport satu persatu kepada wali murid. Hari mulai siang sehingga membuat ruangan mulai terasa panas, tinggal satu dua wali murid yang mengambil raport. Siang itu datang seorang laki-laki yang akan mengambil raport putrinya. Ia datang belakangan sehingga harus menunggu sesaat untuk mendapatkan giliran. Setelah sampai gilirannya, ia bertanya kepada guru wali kelas dengan logat jawanya yang kental, “Bagaimana Bu raport anak saya?”
“Begini Bapak. Sebelum Saya menyerahkan raport putri Bapak, ini ada titipan dari bagian Tata Usaha yang harus Saya sampaikan pada Bapak terlebih dulu. Keterangan dari tata usaha, putri Bapak masih menunggak pembayaran sekolah selama lima bulan. Oleh karena itu, minta maaf Kami mohon Bapak mengisi lembar pernyataan ini untuk menuliskan kapan akan melunasi tunggakan tersebut,” jelas Ibu guru.
Masih dengan logat jawanya yang kental dan sikap yang tetap santai setengah acuh bapak tersebut menjawab, “ Lha gimana ya Bu.....Kami juga belum ada duwitnya. Kalau sudah panen sajalah Bu .”
“Kalau begitu Bapak bisa menulis saja dilembar pernyataan tanggal, dan bulan berapa akan membayarnya, “ jelas Bu guru.
“Waduh... Ya tidak bisa Bu guru. Ibu guru kan tahu sendiri, sekarang musim tidak menentu. Hujan juga tidak jelas seperti dulu. Sawah saya saja kadang kebanjiran. Tapi akhir-akhir ini juga harus memompa air untuk mengairinya. Ya umpama bisa panen dan mendapat untung, Saya bisa langsung membayar. Tapi kalau panen dan merugi , ya Saya belum bisa langsung membayar kan Bu,” jelas sang bapak tadi.
“Ya Bapak kira-kira sendiri sajalah, tanggal dan bulan berapa mau dibayar,” jawab Bu guru mengakhiri perbincangan karena masih ada wali murid yang menunggu giliran. Diserahkannya raport kepada bapak tersebut.
“Pak, ini raport putri Bapak. Alhamdulillah nilainya bagus dan meraih peringkat satu di kelas, “ Bu guru menjelaskan.
“Haaah? Rangking satu? Betul Bu? “ Bapak tersebut terkejut dan setengah tidak percaya.
“Benar Pak, rangking satu. Alhamdulillah ya Pak, putrinya rangking satu.,” jawab Bu guru dengan tersenyum.
“ Alhamdulillah...," kata Bapak tersebut sambil melihat-lihat nilai putrinya.
Teman saya yang kadang agak usil ini berkata, "Tapi masak Bapak tidak kasihan sama putrinya. Kasihan lho Pak, sudah pandai tapi harus menunggak biaya sekolah." Bapak tersebut langsung menjawab dengan sigap, "Iya Bu. Besok panen pasti langsung Saya bayarkan semua. Terima kasih banyak ya Bu, “jawab Bapak tersebut dengan penuh semangat dan ceria sekali.
Teman saya yang kadang agak usil ini berkata, "Tapi masak Bapak tidak kasihan sama putrinya. Kasihan lho Pak, sudah pandai tapi harus menunggak biaya sekolah." Bapak tersebut langsung menjawab dengan sigap, "Iya Bu. Besok panen pasti langsung Saya bayarkan semua. Terima kasih banyak ya Bu, “jawab Bapak tersebut dengan penuh semangat dan ceria sekali.
Kejadian di atas adalah contoh keterkaitan antara dampak perubahan iklim terhadap dunia pertanian yang secara tidak langsung akhirnya berpengaruh pada pendanaan di sekolah kami. Mayoritas siswa di sekolah kami adalah anak petani dan pada saat pembagian raport semester satu Tahun Pelajaran 2010/2011 lalu ada lebih dari separo siswanya memiliki tunggakan biaya sekolah. Dari sejumlah siswa tersebut, kurang lebih 75 persennya adalah anak petani.
Sekolah kami memang bukanlah sekolah kota yang berada di lingkungan yang panas penuh dengan polusi dan minim pepohonan. Sekolah tempat saya mengajar terletak di pinggir Kabupaten Purworejo dengan kondisi lingkungan yang serba hijau dan tidak banyak polusi yang berarti di lingkungan ini. Ada yang mengatakan bahwa sekolah kami adalah SMA dengan area terluas se-Kabupaten Purworejo sehingga banyak pohon-pohon rindang dan rumput menghijau dijumpai di komplek sekolah. Namun kondisi sekolah yang demikian tidaklah menjamin bahwa kami tidak merasakan dampak perubahan iklim dalam aktivitas keseharian di sekolah.
Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah aktivitas keseharian yang dilakukan seorang guru. Perubahan iklim yang terjadi di bumi ini ternyata juga berdampak negatif terhadap proses pembelajaran di sekolah kami. Dampak negatif dari perubahan iklim tersebut adalah kondisi pembelajaran yang menjadi tidak kondusif karena panas, kurangnya sarana terutama buku pelajaran yang dimiliki siswa dan menurunnya kesiapan siswa dalam pembelajaran.
Tidak dapat dipungkiri, setiap membicarakan perubahan iklim pastilah dihubungkan dengan global warming atau pemanasan global. Pemanasan yang sudah menjadi masalah dunia ini tentunya juga dirasakan di kompleks sekolah kami walaupun sekolah kami sudah cukup “green” alias hijau untuk mencegah pemanasan global. Setiap hari ketika cuaca cerah, sekitar pukul sembilan ke atas ruangan kelas di sekolah kami mulai merasakan peningkatan suhu. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di ruang kelas pun tentunya terpengaruh dengan kondisi ini.
Setiap guru diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran yang baik, yang pada akhirnya siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Faktor pertama yaitu materi pembelajaran. Materi pembelajaran tentu saja merupakan faktor yang tidak dapat dimanipulasi atau diubah karena sudah merupakan bagian dari kurikulum. Faktor kedua adalah kondisi kelas. Kondisi kelas yang panas mungkin dapat diatasi. Namun dengan kondisi dana sekolah yang kurang lancar pemasukannya, belum memungkinkan memasang kipas angin di seluruh ruangan kelas, terlebih lagi untuk memasang AC. Faktor ketiga yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran inilah yang masih dapat diubah-ubah sehingga memungkinkan untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih baik.
Metode pembelajaran tentunya merupakan ranah kerja dari seorang guru, sehingga menjadi tantangan bagi para guru untuk menyingkirkan kendala termasuk suasana kelas yang panas untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang optimal. Kondisi kelas yang panas dapat menyebabkan siswa tidak nyaman belajar. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi proses pembelajaran karena siswa menjadi tidak konsentrasi dan suka membuat kegaduhan di kelas terutama pada jam pelajaran siang. Beberapa usaha yang telah dilakukan beberapa guru untuk mengatasi kondisi ruangan ini adalah dengan mengajak siswa belajar di luar atau di alam terbuka. Beberapa guru sering mengajak siswanya melakukan pembelajaran di hall sekolah yang lebih terbuka. Sebagian lagi membawa siswanya ke ruang laboratorium dan saya sendiri sebagai guru biologi mengajak siswa untuk melakukan pembelajaran di lingkungan sekolah yang luas.
Dampak negatif kedua dari perubahan iklim di sekolah kami adalah kurangnya sarana terutama buku pelajaran yang dimiliki siswa. Dampak negatif perubahan iklim pada dunia pertanian tentu saja berdampak negatif pada perekonomian petani. Para petani yang memiliki anak usia sekolah mengalami kesulitan untuk membayar biaya sekolah anaknya, apalagi untuk melengkapi anak mereka dengan buku-buku pelajaran. Hal ini secara langsung berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Sekolah kami berdasarkan intake-nya termasuk sekolah dengan siswa yang cukup pandai, tetapi karena kurangnya sarana penunjang menjadikan mereka kurang maksimal dalam belajar.
Dampak negatif ketiga adalah menurunnya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dampak ini sebenarnya adalah akibat dari kondisi ruangan kelas yang panas. Beberapa siswa yang pernah saya wawancarai mengatakan sangat terganggu dengan kondisi kelas yang panas terutama jika hari sudah siang. Mukti Anggorowati, siswa kelas X-6 mengatakan bahwa ketika siang hari teman-teman sekelasnya menjadi sulit konsentrasi karena terpecah oleh cuaca panas. Cuaca panas juga membuat mereka menjadi malas beraktivitas sehingga seringkali mereka tidak dapat belajar dengan baik di kelas. Malas beraktivitas tersebut tidak hanya sebatas aktivitas fisik, para siswa pun akhirnya malas untuk berpikir. Konsentrasi, rasa malas untuk berpikir akhirnya juga dapat menimbulkan rasa kantuk sehingga membuat para siswa tidak siap mengikuti pelajaran. Alhasil, pembelajaran yang mereka ikuti pun tidak ada yang masuk dalam otak mereka. Dengan kondisi tersebut, lagi-lagi tantangan bagi para guru untuk memecahkan permasalahan akibat perubahan iklim.
Dari dampak perubahan iklim terhadap dunia pendidikan khususnya sekolah kami, menunjukkan bahwa perubahan iklim sudah menjadi masalah yang multidimensi, tidak hanya dalam bidang pertanian, kehutanan, dan kesehatan tetapi juga bidang pendidikan. Bahkan bukan itu saja, perubahan iklim juga dapat berdampak pada aspek fisiologis, psikologis, dan juga intelektual manusia. Perubahan iklim tidak saja merubah yang tampak seperti perilaku dan fisik manusia, tetapi mampu merubah yang tidak tampak seperti intelektual manusia. Otak manusia akan menurun kemampuannya jika tidak sering digunakan. Manusia yang tidak biasa berpikir maka akan dapat menurunkan kemampuan otaknya. Proses perubahan manusia ini sendiri sebenarnya dipengaruhi oleh tindakan manusia dalam memperlakukan alam, sampai akhirnya terjadi peningkatan panas di bumi. Tangan-tangan manusia lah yang juga memberi andil dalam evolusi manusia sekarang ini, apakah menuju kebaikan ataukah keburukan. Beban ada dipundak para pendidik bangsa untuk menyelamatkan dan membawa manusia ke peradaban yang mulia. Tugas pendidik bangsa adalah tetap membiasakan siswa agar selalu berpikir, mengajak siswa berpikir dan bertindak bagi kebaikan alam serta umat manusia di dunia.
Artikel ini diikutkan dalam lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan oleh www.blogor.org. Pertama semoga dapat memberikan kebaikan, kedua untuk menepati janji saya pada seorang murid, ketiga semoga menjadi motivasi untuk menulis bagi murid-muridku dan keempat semoga bisa terpilih jadi pemenang.