Senin, 16 November 2009

PROTISTA

CIRI_CIRI PROTISTA :

1. sel eukariotik
2. Umumnya uniseluler, ada pula yang multiseluler tetapi masih sederhana belum terdeferensisasi menjadi jaringan
3. Umumnya hidup di air, tempat lembab
4. ada yang autotrof, ada pula yang heterotrof



Organisme protista berdasarkan ciri yang dimilikinya ada yang mirip hewan, seperti tumbuhan dan ada yang seperti jamur. Berdasarkan pola perolehan atau pengolahan makanannya, maka protista dikategorikan dalam tiga kelompok dasar yaitu:
Kelompok Protozoa (Protista mirip hewan)
Kelompok Alga (Protista mirip tumbuhan)
Kelompok Jamur



PROTOZOA (PROTISTA MIRIP HEWAN)

Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoom yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan pertama.

Ciri-ciri:
1. Hewan bersel tunggal, eukariotik, heterotrof
2.Tempat hidupnya adalah tempat yang basah yang kaya zat organik, air tawar atau air laut sebagai zooplakton, beberapa jenis bersifat parasit dan menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak.
3. umumnya memiliki alat gerak


Penggolongan Protozoa

Berdasarkan alat gerak yang dimilikinya Protozoa dibedakan menjadi 4 fillum yaitu:
1. Flagellata / Mastigophora
2. Rhizopoda / Sarcodina
3. Ciliata / Cilliophora
4. Sporozoa


Filum Mastigophora atau Flagellata

Semua organisme yang tergolong flagellata memiliki flagellum yang berperan sebagai alat gerak.
Mastighopora yang bersifat parasit adalah genus Trypanosoma dan genus Trichomonas.
Beberapa jenis Mastigophora yang bersifat parasit dan penyakit yang ditimbulkannya dapat dilihat pada tabel berikut


Jenis Mastigophora dan penyakit yang ditimbulkannya :

Trypanosoma gambiense & Trypanosoma rhodesiense Parasit dalam darah manusia dan dapat menyebabkan penyakit tidur.Di Afrika penularan dilakukan oleh lalat Tse-tse yaitu Glosina palpalis.
Trypanasoma cruzi Penyakit chagas di Amerika
Trypanasoma evansi Penyakit sura pada hewan
Trypanosoma brucei Penyakit nagana pada sapi dan kerbau
Trypanasoma vaginalis Keputihan pada vagina wanita
Trypanasoma foetus Parasit pada vagiana sapi

Jumat, 13 November 2009

EUBACTERIA / BACTERIA / BAKTERI SEJATI

Bakteri berasal dari kata bacterion atau bacterium yang berarti tongkat atau batang.
Cabang Biologi yang mempelajari bakteri adalah bakteriologi.

CIRI-CIRI :
1. Uniseluler prokariotik
2. Memiliki dinding sel yang tersusun atas peptidoglikan (gula dan protein)
3. Ukuran tubuhnya sekitar 1 – 5 mikron
4. Apabila berada di lingkungan yang kurang menguntungkan akan membentuk endospora
5. Ada yang memiliki flagel dan ada juga yang tidak memiliki flagel
6. Hidup kosmopolitan, artinya dapat hidup di segala tempat, misalnya di darat, udara, air, bahkan tubuh manusia
7. Berkembang biak dengan cara membelah diri, konjugasi (perkawinan dua individu yang belum diketahui jenis kelaminnya), transformasi (pemindahan materi genetik) dan transduksi (pemindahan sebagian materi genetik melalui perantara virus).
8. Dapat mensekresikan lendir ke permukaan dinding sel membentuk Kapsul.
Fungsi kapsul adalah untuk perlindungan dari kekeringan.
Kapsul tersusun dari glikoprotein (protein dan glikogen)
9. Ada yang memiliki klorofil, ada pula yang tidak berklorofil

STRUKTUR BAKTERI
Bagian-bagian bakteri adalah :
1. Flagela
Berfungsi untuk bergerak
2. Dinding sel
Fungsi untuk melindungi sel
3. Membran sel
Tersusun dari lemak dan protein, bersifat semipermiabel dan berfungsi mengatur keluar masuknya zat keluar dan ke dalam sel
4. Mesosom
Merupakan penonjolan membran sel ke arah dalam atau sitoplasma dan berfungsi untuk menyediakan energi bagi bakteri
5. Lembar fotosintetik
Khusus dijumpai pada bakteri yang berfotosintesis. Berfungsi untuk fotosintesis
6. Sitoplasma
Sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi metabolisme, tersusun dari koloid yang mengandung berbagai malekul organik seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, ribosom, DNA dan enzim-enzim.
7. DNA
Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan materi genetik bakteri, merupakan zat pengontrol sintesis protein bakteri dan merupakanzat pembawa sifat.
8. Plasmid
Merupakan DNA nonkromosom sirkuler. Plasmid mengandung gen-gen tertentu misalnya gen kebal antibiotik, gen patogen.
9. Ribosom
Merupakan organel yang berfungsi dalam sintesis protein
10. Pili
Beberapa bakteri memiliki pili, yaitu benang pendek yang berfungsi untuk alat pelekat dengan bakteri lain atau dengan bahan makanannya.
11. Endospora



REPRODUKSI BAKTERI
1. Reproduksi Aseksual : bakteri melakukan pembelahan biner, yaitu pembelahan langsung tanpa melalui tahapan sepereti mitosis.
Pembelahan ini berlangsung cepat, misalnya pada bakteri E. Coli setiap 20 menit membelah menjadi 2.
2. Reproduksi Seksual :
Bakteri belum dapat dibedakan jenis kelaminnya sehingga tidak dijumpai reproduksi seksual, tetapi terjadi pemindahan materi genetik dari bakteri satu ke bakteri lain tanpa membentuk zigot. Peristiwa ini disebut Paraseksual.
Ada 3 cara paraseksual, yaitu:
a. Transformasi, yaitu pemindahan sedikit materi genetik (DNA) dari bakteri satu ke bakteri yang lain.
b. Transduksi, yaitu pemindahan materi genetik dari bakteri satu ke bakteri yang lain melalui perantara bakteriofage
c. Konjugasi, yaitu pemindahan materi genetik (DNA) dari bakteri satu ke bakteri lain yang berdekatan secara langsung melalui jembatan sitoplasma.


BENTUK BAKTERI
Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam, tetapi secara umum dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. batang/silinder (basil)
2. bulat (kokus)
3. spiral (spirilum)

1. Batang
a. Basil tunggal (monobasil)
Contoh: Escherichia coli, Salmonella typhi, Lactobacillus
b. Diplobasil, bentuk batang bergandeng dua-dua
Contoh: Renibacterium
c. Streptobasil, bentuk batang bergandengan seperti rantai
Contoh: Azotobacter sp. , Bacillus anthracis
2. Bulat
a. Monokokus, bentuk bulat tunggal
Contoh: Neiserria gonorrhoea
b. Diplokokus, bentuk bulat bergandengan dua-dua
Contoh: Diplococcus pneumoniae
c. Streptokokus, bentuk bulat tersusun seperti rantai
Contoh: Streptococcus thermophilus
d. Stafilokokus, bentuk bulat tersusun bergerombol seperti buah anggur
Contoh: Staphylococcus aureus
e. Sarkina, bentuk bulat terdiri 8 sel yang tersusun seperti kubus
Contoh: Sarcina sp.
3. Spiral
a. Spiral, berupa lengkung lebih dari setengah lingkaran
Contoh: Spirillum minor
b. Koma (Vibrio), berupa lengkung kurang dari setengah lingkaran
Contoh: Vibrio comma
c. Spiroseta, berupa spiral yang halus dan lentur
Contoh: Treponema pallidum


PENGGOLONGAN BAKTERI

1. Berdasarkan Jumlah dan letak flagella
a. Monotrik, bakteri yang memiliki satu flagel pada salah satu ujung selnya
b. Lofotrik, bakteri yang memiliki beberapa flagella di salah satu ujung selnya
c. Amfitrik, bakteri yang memiliki dua flagella yang terletak di kedua ujung selnya
d. Peritrik, bakteri yang memiliki banyak flagella di seluruh permukaan tubuhnya


2. Berdasarkan cara mendapatkan makannnya, bakteri dibedakan menjadi:
a. Bakteri Autotrof, yaitu bakteri yang dapat membuat makanannya sendiri dengan cara mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organik.
Berdasarkan sumber energi yang dipakai untuk membuat makanan sendiri, bakteri Autotrof dibagi 2, yaitu:
i. Bakteri Fotoautotrof, yaitu bakteri yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk menghasilkan makanan
Contoh: bakteri hijau (bakteri klorofil), bakteri ungu (bakteri purpurin)
ii. Bakteri kemoautotrof, yaitu bakteri yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk menghasilkan makanan
Contoh: bakteri nitrat (Nitrobacter), bakteri Nitrit (Nitrococcus)
b. Bakteri Heterotrof, yaitu bakteri yang tidsk mampu membuat makanannya sendiri.
Dibedakan menjadi:
i. Bakteri parasit, yaitu bakteri yang memperoleh makanan dari makhluk hidup yang ditumpanginya (inangnya).
Bakteri parasit sering menyebabkan penyakit (bersifat patogen) pada inangnya.
Contoh: Micobacterium tuberculose(penyebab TBC)
ii. Bakteri saprofit, yaitu bakteri yang memperoleh makanan dari makhluk hidup yang sudah mati.
Contoh: Escherichia coli

3. Berdasarkan kebutuhan oksigen
a. bakteri aerob, yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi
Contoh: Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrobacter
b. bakteri anaerob, yaitu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi
Contoh: Micrococcus denitrificans

PERTUMBUHAN BAKTERI
Pertumbuhan bakteri berlangsung sangat cepat. Dalam kondidi normal, bakteri membelah diri menjadi dua setiap 20 menit. Catatan waktu demikian disebut sebagai waktu generasi. Hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu pertumbuhannya dinyatakan dalam kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu:
1. Fase lag (fase permulaan)
Merupakan fase bakteri beradaptasi di lingkungan baru
2. Fase log / logaritma / eksponensial (fase pembiakan cepat)
Merupakan fase pertumbuhan mencapai maksimum. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah bakteri
3. Fase stasioner (fase diperlambat)
Merupakan fase pertumbuhan mencapai titik nol, tidak terjadi penambahan jumlah bakteri
4. Fase penurunan (fase kematian)
Bakteri berhenti memperbanyak diri dan rata-rata kematian meningkat.
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Suhu, Ketersediaan makanan, pH, Konsentrasi ion, oksigen, kelembabab, Zat kimia seperi antibiotik

PERANAN BAKTERI BAGI KEHIDUPAN

BAKTERI MENGUNTUNGKAN:
A. Bidang Pertanian, yaitu dapat meningkatkan
1. Bakteri Fiksasi nitrogen, yaitu bakteri yang mengikat nitrogen bebas (N2¬¬¬¬¬¬¬)
Contoh: Azotobacter, Clostridium pasteurianum, Rhodospirillum rubrum
Rhizobium leguminosae (bersimbiosis dengan akar tanaman polongan )
*bakteri fiksasi nitrigen bersifat aerob
2. Bakteri Nitrifikasi, yaitu bakteri yang membantu proses pembentukan senyawa nitrat dalam tanah.
Contoh: bakteri nitrit ( Nitrosomonas dan Nitrosococcus )
Bakteri nitrat ( Nitrobacter )
*bakteri nitrifikasi bersifat aerob

B. Bidang Industri makanan dan minuman
Bakteri yang berguna dalam bid. Industri makanan dan minuman adalah bakteri fermentasi, contohnya:
1. Streptococcus lactis, pembuatan keju
2. Lactobacillus casei, pembuatan keju
3. Lactobacillus bulgaricus, pembuatan yoghurt
4. Streptococcus thermophilus, pembuatan yoghurt
5. Acetobacter xylinum, pembuatan nata de coco

C. Bidang Farmasi
1. Pseudomonas denitrificans, menghasilkan vitamin B12
2. Streptomyces griceus, menghasilkan antibiotik streptomisin untuk memberantas penyakit TBC
3. Streptomyces aureofaciens, menghasilkan aureomisin
4. Streptomyces venezuelae, menghasilkan kloromisetin
5. Bacillus brevis, menghasilkan tirotrisin

D. Bakteri asam, yaitu bakteri yang menghasilkan asam. Contohnya:
Acetobacter aceti, Clostridium aceto-butylicum, Propionibacterium acueus
E. Bakteri pengurai, yaitu bakteri yang menguraikan sisa-sisa organisme menjadi senyawa organik dalam tanah. Contohnya Escherichia coli yang membantu pembusukan di usus tebal manusia dan juga berfungsi dalam pembentukan vitamin K yang berperan dalam proses pembekuan darah.

BAKTERI MERUGIKAN :
A. bakteri patogen (menyebabkan penyakit)yang menyebabkan penyakit pada manusia, contohnya:
1. Mycobacterium tuberculosis, penyebab TBC
2. Mycobacterium leprae, penyebab lepra
3. Vibrio comma, penyebab kolera
4. Salmonella thyposa, penyebab tifus
5. Clostridium tetani, penyebab tetanus
6. Diplococcus pneumoniae, penyebab pneumonia
7. Neisseria gonorrhea, penyebab kencing nanah
8. Treponema pallidum, penyebab sifilis
B. bakteri patogen yang menyebabkan penyakit pada hewan, contohnya:
1. Mycobacterium bovis, penyebab penyakit pada lembu
2. Bacillus anthracis, penyebab anthraks pada ternak
3. Mycobacterium avium, penyebab penyakit pada unggas
C. Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan, contohnya:
1. Pseudomonas cattleyae, penyebab penyakit pada anggrek
2. Bacterium papaye, penyebab penyakit pada pepaya
3. Pseudomonas solanacearum, penyebab penyakit pada pisang
D. Bakteri perusak makanan dan penghasil racun yang sangat berbahaya, contohnya:
1. Pseudomonas cocovenenans,menghasilkan racun asam bongkrek pada tempe bongkrek
2. Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulin. Ditemukan pada makanan kaleng yang telah rusak.
3. Leuconostoc mesenteroides menghasilkan lendir pada makanan

CARA MEMERANGI BAKTERI
1. Preventif
Preventif (profiloksis) yaitu cara pencegahan dengan vaksinasi.Vaksinasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara memberikan vaksin, yaitu bakteri yang telah dilemahkan. Vaksin diinjeksikan ke dalam tubuh manusia atau hewan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Vaksin tersebut di dalam tubuh manusia atau hewan akan mendorong terbentuknya antibodi dalam darah. Jika suatu saat tubuh kemasukan bakteri aktif, bakteri tersebut akan dilawan atau dihambat oleh zat antibodi.
Beberapa vaksin yang telah ditemukan adalah sebagai berikut:
a. Vaksin BCG (Bacillus Calmet Guirine) untuk mencegah TBC (Tuberculosis)
b. Vaksin DPTP (Diphteri, Pertusis, Tetanus, Profiloksis) untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejan, dan tetanus.
c. Vaksin TCD (Typhus, Cholera, Dysentrie) untuk mencegah penyakit tifus, kolera dan disentri.
d. Vaksin Kotipa, untuk mencegah kolera, tifus dan paratifus

2. Sterilisasi
Sterilisasi adalah pemusnahan semua bentuk kehidupan dalam makanan, misalnya dalam pengawetan makanan. Sterilisasi biasanya dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu 1210C selama 15 menit dengan disertai tekanan. Biasanya dilakukan dalam autoklav atau dalam pressure cooker. Dengan sterilisasi, bakteri dan sporanya serta organisme lain akan mati.

3. Pasteurisasi
Pasterurisasi dilakukan untuk mensterilkan bahan yang tidak tahan panas tinggi dengan tujuan membunuh bakteri yang ada di dalamnya. Misalnya pengawetan air susu. Pasteurisasi akan mematikan bakteri patogen, tetapi bakteri nonpatogen tetap hidup sehingga makanan belum steril. Pasteurisasi dilakukan dengan pemanasan sampai 620C selama 30 menit atau 710C selama 15 menit.

4. Pengawetan makanan
Untuk mengatasi aktivitas bakteri yang merusak makanan serta menimbulkan racun, makanan perlu diawetkan. Pengawetan makanan dapat dilakukan secara tradisional, misalkan dengan pengeringan, pengasapan, pengasaman, pengasinan dan pemanisan. Pengawetan cara ini prinsipnya memberilak lingkungan yang tidak ideal untuk kehidupan bakteri. Dengan perlakuan ini kondisi larutan lingkungan luar bakteri lebih pekat sehingga dapat terjadi plasmolisis dan bakteri akan mati karena kekurangan air. Pengawetan makanan juga dapat dilakukan secara konvensional antara lain dengan sterilisasi, pasteurisasi, pembekuan, pendinginan, penggunaan bahan kimia serta dengan radiasi.

CYANOBACTERIA
(GANGGANG HIJAU BIRU / GANGGANG BIRU)

Cyanobacteria termasuk dalam kelompok Eubacteria.
Cyanobacteria dikenal sebagai generasi perintis karena membentuk lapisan pada permukaan tanah gundul dan berperan penting dalam menambah materi organik ke dalam tanah.

CIRI-CIRI:
1. Inti tidak diselubungi oleh membran (bersifat prokariotuk)
2. Memiliki klorofil
3. Warna hijau biru disebabkan adanya pigmen karotenoid dan fikosianin. Kadang juga terdapat pegmen fikoeritrin
4. ada yang uniseluler dan ada yang bersel banyak. Yang umiseluler ada yang soliter dan ada pula yang berkoloni. Sedangkan yang bersel banyak umumnya berbentuk benang (filamen).
5. Ganggang yang berbentuk filamen mempunyai heterokist yaitu sel yang berbeda dengan sel yang lain, lebih tebal dan tidak memiliki inti.
6. Kebanyakan memiliki kemampuan untuk melakukan fiksasi nitrogen (mengikat nitrogen dari atmosfer). proses fiksasi nitrogen terjadi di heterokist.
7. Reproduksi dilakukan dengan pembelahan sel, fragmentasi dan pembentukan spora.
PERANAN :
1. Sebagai sumber makanan alternatif protein tinggi, yaitu Spirulina
2. Meningkatkan kesuburan tanah, yaitu ganggang yang mampu melakukan fiksasi nitrogen. Misalnya: Nostoc, Gleocapsa. Selain itu juga ada Anabaena azollae yang bersimbiosis dengan paku air Azolla pinnata.

Jumat, 06 Maret 2009

Profesionalisme dengan Hati

Di awal tahun 2009 ini tepatnya pada akhir bulan Januari lalu beberapa guru di Kabupaten Purworejo yang lulus sertifikasi angkatan 2008 telah di wisuda. Sertifikasi ini bisa dikatakan sebagai angin segar bagi para guru untuk meningkatkan kesejahteraannya. Terlepas dari niat baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan profesi guru, para guru yang telah lulus sertifikasi dianggap telah memiliki profesionalisme seorang guru dan diharapkan mampu untuk semakin meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru.

Menilik dari para guru yang telah lulus sertifikasi sebelumnya, dengan gaji tambahan yang telah mereka terima ada satu konsekuensi yang harus dilaksanakan yaitu beban mengajar 24 jam pelajaran dalam satu minggu. Hal ini nantinya juga akan menjadi kewajiban bagi para guru yang telah di wisuda januari kemaren. Akibatnya, para guru menjadi kebingungan untuk menjalankan kewajiban 24 jam mereka karena hampir semua sekolah kekurangan jam untuk melaksanakan kewajiban tersebut. Tak heran jika para guru sendiri akhirnya juga saling berebut jam untuk menunjukkan “profesionalisme” mereka.

Profesionalisme guru dalam mengajar (pembelajaran) tentunya tidak hanya dilihat dari kuantitas pembelajaran yang dilaksanakan, tetapi tentunya juga kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Apakah seorang guru selalu menggunakan metode ceramah dalam setiap pembelajarannya ataukah mampu memberikan pembelajaran dengan metode yang bervariasi, tentunya juga perlu mendapat perhatian. Dalam pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Pertama, Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kedua, Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Ketiga, kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Keempat, kompetensi sosial merupakan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.

Dalam kenyataan yang ada profesionalisme guru baru sebatas dilihat dari kuantitas pembelajaran atau banyaknya jam mengajar, padahal dalam pelaksanaan sertifikasi itu sendiri keempat kompetensi tadi merupakan tolok ukur lolos tidaknya seorang guru dalam proses sertifikasi. Dari keempat kompetensi tersebut baru kompetensi pedagogik (sebatas pelaksanaan pembelajaran) yang disorot sebagai tolok ukur peningkatan profesionalisme guru. Yang menjadi pertanyaan, apakah cukup itu saja tuntutan profesionalisme seorang guru? Apakah guru dengan tingkat profesionalisme demikian mampu mewujudkan pendidikan nasional kita yang sekarang ini semakin menyedot anggaran negara? Apakah profesionalisme guru sekarang ini telah sebanding dengan pajak yang ditarik dari masyarakat, biaya dari rakyat yang telah terjerat pula dengan himpitan kebutuhan hidup? Apakah profesionalisme guru mampu membawa kemajuan bangsa dan rakyat Indonesia?

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2008 lalu, Presiden RI telah mengingatkan dua tujuan kembar pelaksanaan pendidikan kita. Pertama, mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi agar manusia Indonesia menjadi manusia yang berkemampuan dan unggul. Kedua, membentuk nilai dan karakter bangsa yang unggul, bangsa yang memiliki semangat dan etos kerja, bukan bangsa pemalas, bukan bangsa yang mudah menyerah. Inti dari kedua tujuan pelaksanaan pendidikan tersebut adalah bagaimana para pelaku pendidikan mampu untuk memberikan pengetahuan dan juga membentuk karakter (character building) peserta didiknya. Dari kedua tujuan tersebut tentunya tidak cukup jika hanya dengan dengan bermodalkan satu kompetensi yaitu pedagogik saja, tetapi keempat kompetensi guru harus bisa dijalankan sebagai satu kesatuan.

Profesi guru tidak sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Profesi guru tidak juga hanya sebatas bertugas sebagai pengajar, tetapi masih ada tugas-tugas lain seperti sebagai pendidik, sebagai model dan teladan, sebagai motivator, inisiator, innovator dll. Agar pendidikan kita mampu membentuk nilai dan karakter bangsa yang unggul, mempunyai semangat dan etos kerja, membangun karakter peserta didik maka diperlukan guru yang memiliki keempat kompetensi tadi. Seorang guru dituntut profesional untuk mampu menjalankan tugasnya mendidik siswa-siswinya dan menjadi teladan untuk membentuk karakter yang unggul, mencintai bangsa mereka sendiri. Guru harus mampu membimbing peserta didiknya agar berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing, yang semua itu dibutuhkan kepedulian guru kepada peserta didiknya. Tentang kepedulian kepada peserta didik ini, pernah disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Purworejo dalam kegiatan pemberdayaan MGMP MIPA SMA Kab Purworejo beberapa waktu lalu. Pada kesempatan tersebut disampaikan bahwa kompetensi sosial guru diwujudkan dengan kepeduliaan guru kepada peserta didik. Kepeduliaan kepada peserta didik, termasuk dalam membimbing, memotivasi peserta didik merupakan tugas guru yang memerlukan kerja hati para guru. Dalam kesempatan itu pula Beliau juga sempat mengajak kepada para guru yang hadir untuk mengajar dengan hati.

Untuk mengukur profesionalisme guru dalam keempat kompetensinya memanglah tidak mudah. Tidak heran jika pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan profesionalisme guru pun baru sebatas melakukan pengawasan akan jam pelajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Tetapi jika kita benar-benar memiliki kesadaran akan konsekuensi rizki yang kita dapatkan, kesadaran akan pentingnya keberhasilan tujuan pendidikan nasional kita, akan nasib bangsa kita, nasib generasi yang akan datang tentunya kita akan dengan kesadaran sendiri meningkatkan profesionalisme dalam keempat kompetensi tadi. Kunci adanya kesadaran tadi adalah ketika para guru mau menggunakan hati dalam menyikapi sertifikasi, dengan menunjukkan profesionalismenya yang tidak sebatas profesionalisme yang sedang dituntutkan saja (jam mengajar).

Merancang pembelajaran yang menarik merupakan salah satu contoh wujud profesionalisme yang dalam melakukannya memerlukan hati para guru agar peserta didik mampu merasakan sisi kemanusiaan dalam pembelajaran tersebut. Demikian pula membimbing dan memotivasi peserta didik tidak akan dapat dilakukan dengan baik tanpa menggunakan hati. Menjadi pribadi yang arif, guru yang berkepribadian mantap, stabil , berwibawa dan berakhlak mulia yang mampu dijadikan teladan bagi peserta didik juga harus bermodalkan hati.

Menjadi profesional baik sebagai guru ataupun profesi yang lain adalah ketika kita melakukan dengan sepenuh hati. Meningkatkan kemampuan diri diperlukan motivasi dalam diri yaitu kesadaran dari hati. Meningkatkan profesionalisme tidak lain adalah meningkatkan kemampuan diri agar selalu maju dan berkembang, dan semua itu dimulai dari kesadaran hati kita. Mari kita belajar menjadi profesional dengan menggunakan hati kita.

Kamis, 05 Maret 2009

Peran Guru dalam Membentuk "The Critical Mass"


Pada Bulan Mei 2008 yang lalu Bangsa Indonesia memperingati dua hari besar kenegaraan, yaitu Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei dan Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei. Ada hal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena pada tahun 2008 ini diperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan disiarkan serentak oleh beberapa stasiun televisi di Indonesia, satu hal yang sangat jarang terjadi di masa sekarang ini di negara kita. Pada Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tersebut Bapak Presiden RI mengumandangkan slogan “Indonesia Bisa” di dalam deklarasi Beliau dan mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menyatukan tekad meneruskan pembangunan bangsa menuju Indonesia maju dan sejahtera di abad 21.


Sebelumnya, pada peringatan Hari Pendidikan Nasional di Universitas Airlangga yang mengambil tema “Hardiknas sebagai bagian dari peringatan satu abad Kebangkitan Bangsa”, Bapak Susilo Bambang Yudoyono juga telah menyampaikan ajakan untuk meningkatkan kemandirian bangsa, daya saing bangsa dan peradaban bangsa. Untuk menjadi bangsa yang maju, kita harus memiliki “The Critical Mass”, yaitu lapisan anak bangsa yang memiliki keunggulan dan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu pada sambutannya, Beliau juga mengingatkan dua tujuan kembar dari pendidikan nasional kita. Pertama, mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi agar manusia Indonesia menjadi manusia yang berkemampuan dan unggul. Kedua, membentuk nilai dan karakter bangsa yang unggul, memiliki semangat dan etos kerja, bukan bangsa pemalas dan mudah menyerah. Selain itu, Beliau juga menghimbau agar semua tenaga kependidikan terus menerus berusaha untuk menghasilkan anak didik yang pandai, berdaya saing, berkarakter kuat, dan bermental tangguh.


Dari sambutan Presiden RI pada dua kesempatan tersebut, ada hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi para guru di Indonesia, yaitu bagaimana peran para guru dalam mewujudkan harapan bapak presiden, dan juga harapan Bangsa Indonesia terhadap pendidikan di negara kita. Tenaga Kependidikan, khususnya para guru diharapkan mampu untuk menghasilkan “The Critical Mass” yang merupakan modal bangsa untuk menjadi negara yang maju. Calon “The Critical Mass” atau lapisan anak bangsa yang unggul itu adalah para anak didik yang sekarang ini menjadi tanggung jawab dari bapak ibu guru di seluruh Indonesia.


The Critical Mass

Dalam kamus Bahasa Inggris, “Critical” berarti kritis/genting, sedangkan “Mass” diartikan massa (banyak sekali). The Critical Mass dapat diartikan sebagai kelompok warga negara yang mampu untuk mengentaskan negara dari keterpurukan/masa kritis menuju kebangkitan dan kemajuan bangsa. The critical mass adalah warga negara yang dicirikan: 1) mempunyai pikiran maju untuk membangun bangsa; 2) mempunyai disiplin tinggi; 3) mempunyai etos kerja yang tinggi dan 4) profesional.


Belajar dari negara India dan Malaysia, mereka mengirimkan orang-orang ke luar negeri (negara maju tentunya) hanya untuk dapat menyediakan The critical mass tersebut. Walaupun tidak semua orang yang mereka kirim kembali ke negaranya, tetapi beberapa yang kembali mampu untuk membentuk the critical mass. Pada akhirnya Malaysia dan India menjadi negara yang lebih maju dari negara kita. Belajar dari hal tersebut, apakah kita harus mengirimkan warga negara sebanyak-banyaknya untuk membentuk The critical mass? Apakah mereka akhirnya nanti mau kembali lagi ke negaranya memajukan tanah air mereka? Apakah membentuk warga negara yang disiplin, beretos kerja tinggi harus dengan keluar negeri? Apakah pendidikan di negara kita tidak sanggup membentuk anak-anak yang cinta tanah air, disiplin, beretos kerja tinggi dan profesional? Kalau bicara tentang profesional khususnya penguasaan pengetahuan mungkin kita harus banyak menimba ilmu sampai keluar negeri. Namun tentang cinta tanah air, disiplin dan etos kerja, tak mampukah pendidikan negara kita membentuknya?


Potensi Guru dalam Membangun “The Critical Mass”

Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Syahruddin, 2007).


Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh Standar Pendidikan Nasional. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar (Syahruddin,2007).


Proses sertifikasi guru yang sedang berlangsung sekarang ini adalah suatu upaya untuk menuntut agar para guru benar-benar memiliki keempat kompetensi tersebut. Jika semua guru di Indonesia telah memiliki keempat kompetensi tadi, maka ini akan dapat menjadi modal bagi negara kita untuk membentuk “The Critical Mass”.


Menurut John Stuart Mill, nilai suatu negara dalam jangka panjang adalah kumpulan nilai dari individu-individu yang terhimpun di dalamnya (Ibrahim, 2004). Tugas para guru Indonesia adalah menyiapkan individu-individu tersebut agar mempunyai “nilai”. Masa depan negara tergantung dari nilai/kualitas generasi muda sekarang ini. Generasi yang unggul tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki semangat juang yang tinggi dan tidak mudah menyerah, yang terwujud dalam karakter pribadi yang kuat.


Dalam sistem Tripusat Pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantoro, lingkungan pendidikan ada tiga, yaitu Keluarga (lingkungan rumah), Perguruan (lembaga pendidikan/sekolah) dan lingkungan masyarakat. Pada ketiga lingkungan tersebut, siswa dibina ke arah sosok yang diharapkan (Wahyudin, 2003). Dari ketiga lingkungan tadi, lingkungan pendidikan (sekolah) merupakan lingkungan yang paling potensial dan paling penting dalam membangun “The Critical Mass” karena selain memberikan ilmu pengetahuan, para guru di sekolah mempunyai pengetahuan yang lebih banyak tentang perkembangan anak atau remaja. Pengetahuan ini merupakan modal bagi guru untuk melakukan pendekatan dan memberikan masukkan kepada anak didiknya. Terlebih lagi bagi siswa yang berasal dari keluarga dan lingkungan masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah, lingkungan sekolah (guru) adalah faktor yang paling bertanggung jawab dalam membentuk “The Critical Mass”.


Guru dengan kompetensi pedagogik yang dimilikinya akan mampu memahami peserta didiknya dan bisa saja melebihi pemahaman para orang tua terhadap anak mereka sendiri. Hal ini dapat saja terjadi karena guru lebih banyak melihat dan mengamati bagaimana peserta didiknya berinteraksi dengan teman-temannya. Selain itu guru juga dapat mengenali potensi yang dimiliki peserta didik, yang bisa saja tidak tampak ketika anak berada di lingkungan keluarga. Dengan kelebihan tersebut maka seorang guru mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mengoptimalkan potensi anak didik dan juga menumbuhkan serta meningkatkan sikap mental yang baik pada anak didiknya.


Potensi guru yang lain dalam membentuk “The Critical Mass” adalah pada kompetensi kepribadian. Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik. Kemantapan dan kedewasaan seorang guru akan menampilkan kemandirian dalam bertindak, bijaksana dalam bersikap dan memiliki semangat/etos kerja yang tinggi. Apa yang dimunculkan dari sosok seorang guru di dalam pembelajaran akan diamati dan terekam di dalam pikiran dan perasaan peserta didik.

Optimalisasi Guru sebagai Pendidik dan Motivator

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh panutan bagi anak didiknya. Untuk menjadi seorang pendidik, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin (Mulyasa, 2005). Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada peserta didik. Dengan keteladanan sikap dan tingkah laku gurunya, diharapkan akan tumbuh sikap mental yang baik kepada peserta didik (Sardiman,2007).
Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan keinginan untuk melakukan sesuatu, dan bila dia tidak suka melakukan sesuatu tersebut maka akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam pembelajaran karena menyangkut esensi mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, dan juga menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri (Sardiman,2007).


Guru sebagai pendidik merupakan posisi yang sangat dekat dengan anak-anak dan remaja, tetapi pada pelaksanaan pembelajaran seorang guru sering melupakan peran ini. Orientasi dan penghargaan masyarakat terhadap nilai akademik berimbas kepada pembelajaran yang cenderung hanya berfokus pada transfer ilmu pengetahuan dan melupakan tujuan pendidikan sebagai pembentuk karakter dan sikap mental peserta didik. Selain itu, beban materi pembelajaran dan keterbatasan waktu pembelajaran juga dianggap sebagai penyebab untuk melupakan peran guru sebagai pendidik tersebut.


Bukti bahwa para guru cenderung mengutamakan transfer ilmu pengetahuan adalah pemberian motivasi yang dilakukan guru kepada peserta didik lebih banyak berupa motivasi untuk mengajak anak didik tertarik dan termotivasi mengikuti pelajaran atau motivasi untuk belajar. Tujuan akhir dari motivasi ini adalah peserta didik menguasai materi yang dipelajari. Memang motivasi seperti ini yang selalu diajarkan kepada guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itu dalam beberapa literatur tentang motivasi dalam pembelajaran cenderung hanya motivasi belajar yang dibicarakan, sehingga guru “hanya mengenal” motivasi belajar. Akibatnya, selama ini guru lebih banyak hanya sebagai motivator untuk menciptakan pembelajaran yang baik.


Dengan empat kompetensi yang dimiliki, seorang guru tidak hanya bisa sebagai motivator belajar saja, tetapi lebih luas lagi dapat menjadi motivator dalam membentuk karakter atau kepribadian peserta didik. Bahkan seorang guru mampu sebagai motivator dalam membentuk pribadi yang sukses, yang pada akhirnya membentuk “The Critical Mass”. Para guru bisa menjadi motivator-motivator yang potensial karena mereka lebih mengenal bagaimana karakter peserta didik sehingga guru dapat memberikan motivasi yang tepat dan berkesinambungan. Pribadi guru juga merupakan sosok yang dekat dengan peserta didik sehingga anak didik memiliki lebih banyak kesempatan mengamati dan berinteraksi langsung dengan model atau teladan mereka. Pemberian motivasi untuk membentuk karakter peserta didik (character building) seperti kesadaran diri, semangat kerja dan fokus pada tujuan/cita-cita akan sangat menguntungkan bagi guru sendiri. Setiap guru yang menjadi motivator dalam pembelajaran tidak hanya menghasilkan peserta didik yang termotivasi untuk mempelajari suatu mata pelajaran atau materi tertentu, tetapi lebih menyeluruh pada semua hal yang perlu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini dapat terjadi karena dengan dengan kesadaran dan semangat baru peserta didik, mereka dengan kesadaran sendiri melakukan belajar dengan sungguh-sungguh.


Pembelajaran yang Membentuk “The Critical Mass”

Semua guru yang mengajar pada mata pelajaran apapun, baik tingkat satuan pendidikan SD, SMP atau SMA dapat berperan dalam membentuk “The Critical Mass”. Kuncinya hanya satu, yaitu kemauan dan kesadaran para guru untuk memasukkan perannya sebagai pendidik dan motivator ke dalam pembelajaransehingga akan terbentuk peserta didik yang cinta tanah air, disiplin dan mempunyai etos kerja tinggi. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran membentuk “The Critical Mass”, antara lain:

a. Merancang pembelajaran dengan menggunakan metode tertentu sehingga dengan metode tersebut dapat menumbuhkan sikap mental yang baik pada peserta didiknya. Contohnya metode diskusi kelompok dalam pembelajaran yang berbasis problem solved akan mendidik peserta didik untuk bisa bekerja sama dalam kelompoknya dan menyatukan pendapat dalam satu kelompok sehingga diperoleh satu jawaban yang sama. Dengan contoh pembelajaran seperti ini peserta didik mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana harus bekerja sama, saling menghargai pendapat dan fokus pada tujuan bersama. Hal tersebut sudah merupakan satu contoh mendidik anak untuk bisa bekerja sama, menghargai orang lain dan fokus pada tujuan dalam melaksanakan tugas. Contoh yang lain, dengan metode penugasan akan mendidik anak agar disiplin dan tepat waktu dalam menjalankan pekerjaan/tugas mereka.

b. Memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk dapat mengekplorasi potensi diri. Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat aktif baik secara fisik maupun aktif berpikir akan menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, dan tidak menjadikan mereka hanya sebagai obyek pembelajaran saja.

c. Mengajak peserta didik untuk mengambil pelajaran/teladan dari topik yang dibahas dalam pembelajaran. Misalnya dalam pembelajaran tentang sejarah penemuan teori-teori dalam ilmu fisika. Bahwa para ilmuwan harus memiliki keuletan dan semangat kerja keras serta tidak mudah menyerah yang akhirnya membawa mereka menjadi seorang penemu yang terkenal. Hal ini akan membawa peserta didik kepada suatu kesimpulan bahwa ketika mereka ingin berhasil, maka harus didasari dengan keuletan dan semangat kerja keras. Tanpa dibimbing oleh guru, peserta didik akan sulit mengenali keteladan dalam penemuan teori-teori fisika.

d. Selain menumbuhkan sikap mental positif, dalam pembelajaran juga dikenalkan bagaimana pengaruh sikap mental negatif. Misalnya dalam pembelajaran tentang pencemaran lingkungan. Bagaimana sikap tidak peduli dan egois masyarakat dalam membuang sampah di sungai atau menggunakan kendaraan bermotor dengan suara yang bising akan mengganggu dan bahkan membahayakan orang lain. Pembelajaran seperti ini akan membimbing peserta didik untuk berpikir bahwa setiap tindakan harus dipertimbangkan bagaimana pengaruhnya pada diri sendiri ataupun bagi orang lain.


Melakukan pembelajaran yang dapat membentuk sikap mental yang baik, yang pada akhirnya membentuk “The Critical Mass” tidaklah sulit. Masih banyak sekali contoh-contoh pembelajaran yang lainnya yang semuanya itu tergantung dari kreativitas para guru.

Dipublikasikan: September 2008 (WUNY THN X No 3 September 2008)

Jumat, 30 Januari 2009

BRYOPHYTA

















A. CIRI-CIRI BRYOPHYTA

Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum sp.).


Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut hutan lumut


Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus (Kormofita


Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem).

Rabu, 28 Januari 2009


Renungan Katak
Trisni Atmawati


Hujan masih turun dengan lebatnya...
Air di parit kecil inipun belum berhenti dimuntahkan
Membawa segala yang ada disampingnya...
Walaupun.. parit itupun sepertinya juga tidak menginginkan


Mata makhluk kecil bersayap itu masih berkaca-kaca..
Hujan ini telah membuatnya terpisah dengan teman-temannya
Tak dilihatnya ...semut kecil yang hanyut di hadapan
Sekuat tenaga meraih ranting yang hanyut mendahuluinya


Ikan merah itupun ternyata tak senang, berjuang hebat..
Menjaga tubuhnya yang mulai gemuk untuk tak ikut terbawa arus
Alam yang tadi pagi masih begitu bersahabat
Tiba-tiba menjadi demikian keras....


Semua sedang berjuang
Entah...
Mungkin hanya untuk bertahan hidup
Atau ....ada alasan mengapa mereka harus bertahan


Mungkin si semut berjuang untuk menjaga telurnya kembali
Mungkin makhluk kecil bersayap di seberangku ini masih ingin terbang ke awan
Menggapai impian bersama teman-temannya tuk terbang ke langit tinggi
Ikan ? Entah aku tidak tahu pasti, semoga dia cukup kuat hingga sempat kutanyakan

Aku tak tahu pasti pikiran semut dan makhluk bersayap ini
Tapi...Aku sendiri di sini?
Di bawah lindungan daun yang lebar ini
Terlena dalam sunyinya hati... untuk apa aku di sini?

Tetesan air memberitahuku akan mata bulatku yang sayu
Ku lihat kembali mereka satu-satu
Apakah Tuhan mempertontonkan mereka padaku
Agar ku juga berjuang ....untuk harapanku?


Kupersembahkan : untuk teman-teman, sahabat, juga anak-anakku yang sedang berjuang. Allah selalu bersama kita dan memberi pertolongan kepada kita. Amin

Jumat, 23 Januari 2009

Sesama Muslim

Saya teringat ketika sepuluh tahun yang lalu saat masih di bangku kuliah, saya memiliki seorang teman kuliah yang oleh teman-teman sichn disebut seseorang ikhwan. Mungkin terlalu dekat kalau di sebut teman, karena kenyataannya saya cuma sebatas teman satu angkatan yang hanya bertemu saat sama-sama masuk perkuliahan, dan juga saat berpapasan di jalan kampus saja. Itupun bisa dihitung dengan jari. Tetapi waktu itu saya sangat menghargainya karena kezuhudan dan tingkah laku dia yang sangat santun. Maklum juga sich, karena waktu itu saya sendiri belum lama mengenakan jilbab sebagai wujud usaha saya untuk meningkatkan pemahaman tentang hakekat keimanan kita.
Teman satu angkatan saya itu memang terkenal sangat "ikhwan banget" diantara teman-teman kami satu angkatan, jadi tidak heran jika teman-teman tahu ketika dia berangkat ke Maluku yang pada waktu itu sedang memanas karena konflik disana. Saya sendiri dalam hati sangat salut dengan kepeduliaanya dengan sesama muslim, walaupun jelas-jelas mereka bukan saudaranya. Saya jadi teringat dan seperti ditunjukkan satu pelajaran, bahwa ketika kita mengaku seorang muslim yang benar-benar beriman, kita harus bisa menganggap muslim yang lain sebagai saudara kita sendiri.
Walaupun kami tidak pernah saling bercakap, berbincang atau bahkan diskusi tetapi perbuatan yang dilakukannya sudah mampu memberikan pelajaran bagi saya. Dan Subhanallah saya yakin karena keimanan yang dia miliki, kehadirannya saja sudah mampu mengingatkan saya untuk sama-sama melakukan kebaikan.
Itu adalah pelajaran pertama yang saya dapatkan dari dia. Tetapi tidak itu saja, pelajaran yang kedua pun saya dapatkan ketika saya melangsungkan pernikahan. Tak disangka dan tidak saya duga sebelumnya, dari orang yang saya tidak pernah bercakap bersama, saya mendapatkan sebuah kado pernikahan dari dia. Dua buku kecil yang menurut saya sangat berharga karena berisi tentang bagaimana membentuk keluarga yang sakinah dan bagaimana menjadi istri yang sholehah (Dua buku itu tetap saya simpan rapi sampai sekarang). Pelajaran apa yang saya dapatkan dari dia? Dia adalah teman saya yang selama ini tidak pernah saya merasa dirugikan ataupun mendapatkan keburukan darinya. Tetapi yang saya dapatkan hanyalah selalu kebaikan darinya untuk saya. Dan bukunya itupun sampai sekarang masih selalu saja memberikan kebaikan untuk saya. Saya sempat terharu tiap kali mengingatnya, kapankah saya bisa seperti dirinya? Yang hanya selalu memberikan manfaat dan kebaikan kepada orang lain, tak pernah menyakiti, mendhalimi atau membuat keburukan bahkan kerugian bagi orang lain? Mungkin apa yang telah dilakukannya adalah ungkapan cintanya kepada Allah, dengan menyayangi muslim lain seperti menyayangi saudaranya sendiri.
Mungkin itu pulalah yang membuat dia tergerak ke Maluku pada waktu itu. Karena cintanya kepada Allah, mengharuskannya untuk mampu menyayangi dan menolong muslim yang lain. Dengan peduli, dengan empatinya dan keringanannya membantu mereka. Saya tidak tahu lagi kabar beritanya, atau mungkin sekarang dia sedang di Palestina? Satu hal yang belum sempat saya sampaikan ke dia, ucapan terima kasih. Saya tidak tahu apakah ada kesempatan untuk itu, tetapi saya yakin Allah dengar doa setiap hambaNya. "Ya Allah jadikanlah dia sebagai hambaMu yang Engkau rindhoi. Amin"

Sabtu, 10 Januari 2009

Penutup Pintu Masuknya ILmu

Setiap detik yang berlalu, yang kita lewati dalam kehidupan ini sepertinya tidak ada yang sama persis. Tiap denting suara yang ditangkap gendang telinga kita pastilah tidak sama tiap detiknya. Demikian pula halnya keteraturan nafas kita tidaklah menjamin volume udara yang kita hirup adalah sama. Dalam kehidupan, pastilah perubahan yang selalu setia menemani kita. Dalam perjalanan panjang kehidupan ini tidak hanya jalan mulus yang kita lewati tetapi jalan berkelok, naik dan turun, jalan berbatu banyak menghadang kita.

Sering kali dalam melewati jalan panjang kehidupan, kita mudah sekali untuk sombong dan merasa cukup dengan “sedikit” ilmu/pengalaman yang kita miliki. Seperti halnya ketika kita naik kendaraan, mungkin saja kita baru bisa membelok ke kanan, tetapi ketika kita menemui belokan ke kiri, muncul dalam hati kita, “Ah cuma belokan”. Padahal ketika kita membelok ke kiri tetapi kita melihat kaca spion kanan, mungkin kita akan melenceng keluar dari jalur yang seharusnya kita lewati. Kita tidak sadar bahwa apapun yang kita hadapi akan selalu berbeda, dan dari tiap yang berbeda tersebut pastinya membutuhkan ilmu yang baru, ibarat enzim dalam tubuh kita dimana satu enzim hanya akan cocok untuk satu substrat/senyawa. Bahwa tiap moment kejadian atau masalah pastilah membutuhkan satu pemecahan yang tepat. Dan otak kitalah yang harusnya menambah pengetahuannya agar mampu menyediakan pemecahan untuk tiap permasalahan kita, seperti halnya tiap sel tubuh kita harus mampu menghasilkan satu enzim untuk memecah tiap substrat /senyawa yang ada.

Permasalahannya adalah ketika kita tidak lagi mau membukakan pintu untuk masuknya ilmu ke otak kita sehingga otak kita tidak mempunyai cukup modal pengalaman dan ilmu untuk membuat satu pemecahan yang tepat untuk satu jenis permasalahan kita. Pintu masuknya ilmu ke otak telah kita tutupi dengan kesombongan bahwa kita telah memiliki banyak pengalaman dan ilmu. Kesombongan bahwa kita lebih baik atau bahkan paling baik daripada orang lain sehingga dengan mudah dan bangganya kita menyepelekan orang lain, bahkan pada orang yang seharusnya kita hormati.

Saya meminjam istilah dari salah seorang teman diskusi saya, bahwa pendidikan kita yang paling sempurna bukanlah ketika kita mendapatkan pendidikan formal dari sekolah dasar, menengah,sarjana ataupun pasca sarjana yang sering dibangga-banggakan, tetapi pendidikan paling sempurna adalah pendidikan alam raya yaitu pendidikan sepanjang kehidupan kita di dunia ini yang langsung dimaha gurui oleh sang pencipta alam dan seisinya. Dan Allah memberikan pembelajarannya kepada kita dapat melalui apapun dan siapapun, bisa melalui kesedihan, bisa melalui kegembiraan. Pembelajaran itupun bisa melalui seseorang yang lebih tua dari kita, bisa juga dari anak kecil. Kita perlu renungkan yang pernah disampaikan Mahatma Gandhi, “Aku juga belajar, bahkan kepada bayi yang masih dalam buaian”. Kita harus instrospeksi diri kita,dan bandingkan dengan seorang Mahatma Gandhi,yang tidak pernah merasa malu untuk belajar dari sapapun.

Ketika kita sudah merasa cukup (sombong) dengan ilmu kita, tentunya kita akan menjadi orang yang merugi, karena Allah juga akan mencukupkan pelajaran/ilmunya untuk kita. Tetapi masih saja kita mudah tergelincirkan oleh kesombongan, sampai saatnya kita harus kembali berjalan di pedesaan, tak selalu berjalan di jalur tol yang mulus. Mungkin Allah sedang memberikan jalan tanah pedesaan, kesusahan dan masalah pada diri kita agar kita sejenak bisa mengamati tanaman padi di sawah pada sepanjang perjalanan kita ini. Agar kita mampu sejenak berpikir dalam, mengapa semakin berisi biji padi semakin tanaman padi itu merunduk. Semakin berilmu harusnyalah kita semakin merasa rendah karena semakin kita banyak ilmu akan membuat kita semakin sadar bahwa ilmu kita hanyalah sebatas biuh di lautan luas, hanya sebutir pasir di pantai. Semoga kita bisa belajar dari sang padi.#

Mendeteksi Kesabaran

“ Sabar ya......” kata klise seperti ini seringkali dinasehatkan kepada kita oleh orang tua, atau orang disekitar kita. Kata ini juga banyak dilontarkan, diucapkan oleh banyak orang di sekitar kita ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak kita sukai atau tidak kita harapkan. Tapi apakah sebenarnya sabar itu? Apakah selama ini kita ternyata hanya sebatas tahu kosa kata “sabar” tersebut, atau juga kita cuma tahu yang kalau boleh disebutkan kata orang adalah “sebatas teori”. Ataukah memang kita benar-benar tahu dan paham makna sabar itu sendiri?

Umumnya yang disebut sebagai teori adalah hal-hal yang berhubungan dengan otak atau pemikiran, sedangkan “sabar” yang bisa dikatakan adalah kerja hati kita mungkin agak asing jika disebut sebatas teori. Jadi apakah benar ada sabar sebatas teori? Sebagai contoh tadi, seringkali orang mengatakan pada diri sendiri atau kepada orang lai untuk bersabar. Seringkali orang tahu bahwa mereka harus bersabar dalam menghadapi kesulitan karena dia pernah mendengar nasehat atau bahkan membacanya dari buku. Semua itu intinya adalah agar dalam menghadapi musibah/kekecewaan/kesedihan kita harus bersabar dan sabar adalah suatu kebaikan. Demikian itulah yang disebut dengan sebatas teori, karena yang dilakukan hanya memasukkan ke dalam otak kita bahwa sabar itu harus dan suatu kebaikan.

Kalau ada sabar sebagai sebatas teori dalam otak pikiran kita dan ada pula sabar dalam arti sesungguhnya yang ada dalam hati, maka bagaimanakah kita tahu orang yang mengatakan sudah bersabar itu cuma sebatas teori ataukah dari dalam hati? Memang cukup sulit untuk mendeskripsikan perbedaan keduanya karena sekali lagi sabar merupakan kerja dari ranah hati kita sehingga cukup abstrak untuk diungkapkan secara nyata. Sebagai perumpamaan adalah saya ibaratkan anak sekolah. Anak SD kelas 1 akan menganggap bahwa bahwa matahari yang bergerak mengelilingi bumi karena tiap hari ia melihat matahari ada di timur, di atas dan di barat. Dia merasa sudah tahu tentang alam ini, dan teman-teman satu kelasnya juga akan sependapat dengannya. Berbeda dengan anak yang di atasnya, misalkan kelas 5. Si anak kelas 5 ini sudah pernah mendapat pelajaran tentang alam semesta sehingga dia bisa mengetahui bahwa pengetahuan anak kelas 1 tadi masih salah.

Demikian pula dengan sabar, kadar pemahaman tiap orang akan sabar sebatas teori ataukah paham dalam arti sesunguhnya yang ada dalam hati dapat dimengerti oleh mereka yang sudah benar-benar paham tentang sabar tersebut. Siapakah orang yang benar-benar paham tentang sabar itu, tak lain adalah mereka yang memang pernah mendapatkan pelajaran sabar dalam hidup mereka. Mereka adalah orang-orang yang diberi pelajaran olehNya baik melalui kemudahan maupun kesukaran hidup dimana dengan kebeningan dan kelembutan hatinya mampu untuk menangkap pelajaran itu. Dengan kebeningan dan kelembutan hati pulalah mereka akan mampu menangkap getaran-getaran sabar dari hati orang lain, sehingga mereka akan mampu merasakan bagaimana tingkat kesabaran orang lain. Setiap perkataan sabar dari orang lain akan mampu ditimbang di dalam hatinya sehingga mampu mengetahui kadar sabar orang tersebut. Mereka tidak terkecoh dengan ungkapan sabar yang ditunjukkan orang lain, karena alat pendeteksi kesabaran mereka sangat akurat, yaitu hati mereka.

Sekarang mari kita introspeksi diri kita sendiri, bagaimanakah kesabaran kita? Dengan apa kita dapat mendeteksi kesabaran kita sendiri? Selayaknyalah kita berusaha untuk jujur pada diri kita sendiri, seberapa dalam kita bisa memberi makna dan pemahaman tentang sabar secara benar pada diri kita sendiri atau kepada orang lain.Apakah kita kesulitan atau bahkan bingung dengan makna sabar itu sendiri? Disitulah kita akan tahu seberapa kadar sabar pada diri kita sendiri. Kita harus sadari bahwa kesabaran tidak berhubungan lurus dengan datangnya kemudahan, dan kemudahan bukanlah semata-mata karena kesabaran kita. Tetapi kemudahan/pertolongan adalah mutlak milikNya dan Dia tidak butuh kesabaran kita. Kesabaran adalah peningkat derajat kita dimata Allah untuk menjadi insan yang dicintaiNya. Semoga kita mampu selalu berjuang meraih kesabaran itu. Amin

TUGAS GURU MENURUT PERMENDIKNAS NO 19 TH 2007

  1. Guru bertanggung jawab menyusun silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya sesuai Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan Panduan Penyusunan KTSP. Dalam penyusunan silabus guru dapat bekerja sama dengan Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) atau Perguruan Tinngi
  2. Guru bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta didik mampu: (a) meningkatkan rasa ingin tahunya; (b) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan; (c) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi; (d) mengolah informasi menjadi pengetahuan; (e) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah; (f) mengkomunikasikan pengetahuan kepada pihak lain; (g) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar
  3. Setiap guru bertanggung jawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara : (a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir; (b) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran; (c) menggunakan fasilitas, peralatan dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan efisian; (d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar dengan cepat sampai yang lambat; (e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya; (f) mengarahkan pada pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memahami belajar seumur hidup dan berpikir logis dalam menyelesaikan masalah
  4. Dalam penilaian hasil belajar peserta didik, guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai
  5. Guru melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai agen pembelajaran yang memotivasi, menfasilitasi, mendidik, membimbing dan melatih peserta didik sehingga manjadi manusia berpotensi dan mengaktualisasikan potensi kemanusiaanya secara optimum
  6. Peserta didik dalam menjaga norma pendidikan perlumendapat bimbingan dengan keteladanan, pembinaan dengan membangun kemauan, sserta pengembangan kreativitas dari pendidik dan tenaga kependidikan
  7. Guru melaporkan hasil evaluasi dann penilaian sekurang-kurangnya tiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah dan orang tua/wali peserta didik.

Jumat, 09 Januari 2009

Belajar Keyakinan dari Teratai

Sekolah tempat saya mengajar memiliki area yang cukup luas dan masih ada beberapa lahan yang belum dimanfaatkan. Diantaranya adalah dua kolam kecil yang agak kurang terurus tetapi masih dapat kami manfaatkan sebagai sumber pembelajaran pembelajaran (kebetulan saya mengajar biologi).
Ada satu hal yang membuat saya tercenung sebentar ketika mengamati ekosistem kolam tersebut. Suatu tempat yang kelihatannya kotor, dengan air keruh menggenanginya ternyata mampu tumbuh tanaman teratai yang sangat indah. Terasa ada sesuatu yang menggugah hati ketika Allah berikan kenikmatan berupa keindahan teratai itu. Keindahan yang tidak hanya ditangkap oleh mata tetapi keindahan yang tertangkap juga oleh hati.
Tanaman teratai di kolam itu baru saja tumbuh setelah sekian lama menghilang saat kolam itu mengering di musim kemarau. Saya sempat mengkhawatirkan jika teratai itu tidak akan muncul kembali karena sepanjang kemarau lalu kolam tersebut telah berubah fungsi menjadi tempat sampah. Karena itu hadirnya teratai tadi adalah sesuatu yang mampu menyentuh hati saya waktu itu, yaitu bagaimana ketika kemarau datang keindahan teratai itu hilang begitu saja dan saat hujan tiba ternyata sang teratai mampu memberikan keindahannya kembali. Dari semua itu saya yakin bahwa dengan dalamnya ilmu yang dimiliki, teratai itu mampu menunjukkan kembali keindahannya kepada makhluk lain yang melihatnya, mampu hadir kembali bagi lebah-lebah yang selama ini menghisap madunya.
Tanaman teratai..... menunjukkan keikhlasannya kepada Allah dengan menerima untuk hanya tinggal ditempat yang dianggap tidak berguna dan tetap mampu memberikan sesuatu yang terbaik dari dirinya yang bermanfaat bagi makhluk yang lainnya. Tanaman teratai juga mampu menjadi sesuatu yang tidak serakah untuk memiliki semua kebaikan hanya untuk dirinya, tetapi dia sudah cukup hanya dengan memiliki penampilan yang sudah mampu menyenangkan makhluk yang melihatnya dan juga memberikan tetes madunya bagi lebah-lebah di sekitarnya tanpa perlu memberikan harum semerbak seperti bunga-bunga yang lainnya. Dengan ilmu yang dimilikinya, teratai tidak membutuhkan bau harum agar makhluk lain yang mungkin tak melihatnya dapat mencium bau harum yang terbawa hembusan angin. Teratai tidak membutuhkan pujian maupun sanjungan dengan bau harum itu, tetapi cukup bagaimana dia mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi sekelilingnya. Membuat indah lingkungannya dan bermanfaat bagi lebah.
Apa yang menjadikan teratai itu sedemikian indahnya? Dilihat pada kolam yang berair keruh itu, teratai tampak tenang dan hanya goyangan-goyangan daun dan bunganya tertiup angin sepoi-sepoi. Ketenangan dalam hidupnya itu menunjukkan bagaimana kekuatan keyakinannya kepada Allah dan menjalani semua kehidupan hanya dengan ikhlas dan yakin padaNya. Dan ketenangan itu sendiri adalah bukti kekuatan keyakinannya kepada Sang Penciptanya. Keyakinan bahwa segala apa yang dia terima dalam hidup, baik yang dia senangi atau tidak, baik yang dia inginkan atau tidak, baik berupa kebaikan atau keburukan (musibah) yang terjadi padanya adalah sesuatu yang pasti dalam perhitunganNya, pasti dalam IjinNya dan tidak ada yang sia-sia. Keyakinan bahwa keikhlasan itu harus dibuktikan dengan memanfaatkan kehidupan dengan sebaik-baiknya untuk bisa bermanfaat bagi sekelilingnya. Keyakinan ini tidak tampak bagi makhluk yang hanya menggunakan matanya dan tidak menggunakan hatinya, karena teratai itu hanya tampak daun dan bunganya yang indah di permukaan air, tetapi hatinya yang tak terlihat selalu berjuang untuk mempertahankan keyakinannya. Akar teratai yang berada di bawah permukaan air tetap berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi sekelilingnya, walaupun tak pernah terlihat dari permukaan. Itulah wujud keikhlasan dari teratai, karena teratai harus berjuang dengan segala upayanya untuk memberikan yang terbaik bagi sekelilingnya tetapi tak pernah menunjukkan betapa berat perjuangannya. Dan keikhlasan yang dimilikinya itu tidak akan sedemikian besar tanpa adanya Keyakinan dia yang kuat kepada Allah. Keindahan yang dimiliki teratai tidak dari wujud dirinya yang ada dipermukaan air, teratai itu lebih indah karena keikhlasannya dalam menjalani hidup. Dari tanaman teratai itu kita perlu untuk menginteropeksi diri kita, sudahkah kita punya keyakinan itu, atau berapa besar keyakinan kita kepada Allah. Semoga kita bisa belajar dari sang teratai dan menjadi manusia yang lebih baik.*