Sabtu, 10 Januari 2009

Mendeteksi Kesabaran

“ Sabar ya......” kata klise seperti ini seringkali dinasehatkan kepada kita oleh orang tua, atau orang disekitar kita. Kata ini juga banyak dilontarkan, diucapkan oleh banyak orang di sekitar kita ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak kita sukai atau tidak kita harapkan. Tapi apakah sebenarnya sabar itu? Apakah selama ini kita ternyata hanya sebatas tahu kosa kata “sabar” tersebut, atau juga kita cuma tahu yang kalau boleh disebutkan kata orang adalah “sebatas teori”. Ataukah memang kita benar-benar tahu dan paham makna sabar itu sendiri?

Umumnya yang disebut sebagai teori adalah hal-hal yang berhubungan dengan otak atau pemikiran, sedangkan “sabar” yang bisa dikatakan adalah kerja hati kita mungkin agak asing jika disebut sebatas teori. Jadi apakah benar ada sabar sebatas teori? Sebagai contoh tadi, seringkali orang mengatakan pada diri sendiri atau kepada orang lai untuk bersabar. Seringkali orang tahu bahwa mereka harus bersabar dalam menghadapi kesulitan karena dia pernah mendengar nasehat atau bahkan membacanya dari buku. Semua itu intinya adalah agar dalam menghadapi musibah/kekecewaan/kesedihan kita harus bersabar dan sabar adalah suatu kebaikan. Demikian itulah yang disebut dengan sebatas teori, karena yang dilakukan hanya memasukkan ke dalam otak kita bahwa sabar itu harus dan suatu kebaikan.

Kalau ada sabar sebagai sebatas teori dalam otak pikiran kita dan ada pula sabar dalam arti sesungguhnya yang ada dalam hati, maka bagaimanakah kita tahu orang yang mengatakan sudah bersabar itu cuma sebatas teori ataukah dari dalam hati? Memang cukup sulit untuk mendeskripsikan perbedaan keduanya karena sekali lagi sabar merupakan kerja dari ranah hati kita sehingga cukup abstrak untuk diungkapkan secara nyata. Sebagai perumpamaan adalah saya ibaratkan anak sekolah. Anak SD kelas 1 akan menganggap bahwa bahwa matahari yang bergerak mengelilingi bumi karena tiap hari ia melihat matahari ada di timur, di atas dan di barat. Dia merasa sudah tahu tentang alam ini, dan teman-teman satu kelasnya juga akan sependapat dengannya. Berbeda dengan anak yang di atasnya, misalkan kelas 5. Si anak kelas 5 ini sudah pernah mendapat pelajaran tentang alam semesta sehingga dia bisa mengetahui bahwa pengetahuan anak kelas 1 tadi masih salah.

Demikian pula dengan sabar, kadar pemahaman tiap orang akan sabar sebatas teori ataukah paham dalam arti sesunguhnya yang ada dalam hati dapat dimengerti oleh mereka yang sudah benar-benar paham tentang sabar tersebut. Siapakah orang yang benar-benar paham tentang sabar itu, tak lain adalah mereka yang memang pernah mendapatkan pelajaran sabar dalam hidup mereka. Mereka adalah orang-orang yang diberi pelajaran olehNya baik melalui kemudahan maupun kesukaran hidup dimana dengan kebeningan dan kelembutan hatinya mampu untuk menangkap pelajaran itu. Dengan kebeningan dan kelembutan hati pulalah mereka akan mampu menangkap getaran-getaran sabar dari hati orang lain, sehingga mereka akan mampu merasakan bagaimana tingkat kesabaran orang lain. Setiap perkataan sabar dari orang lain akan mampu ditimbang di dalam hatinya sehingga mampu mengetahui kadar sabar orang tersebut. Mereka tidak terkecoh dengan ungkapan sabar yang ditunjukkan orang lain, karena alat pendeteksi kesabaran mereka sangat akurat, yaitu hati mereka.

Sekarang mari kita introspeksi diri kita sendiri, bagaimanakah kesabaran kita? Dengan apa kita dapat mendeteksi kesabaran kita sendiri? Selayaknyalah kita berusaha untuk jujur pada diri kita sendiri, seberapa dalam kita bisa memberi makna dan pemahaman tentang sabar secara benar pada diri kita sendiri atau kepada orang lain.Apakah kita kesulitan atau bahkan bingung dengan makna sabar itu sendiri? Disitulah kita akan tahu seberapa kadar sabar pada diri kita sendiri. Kita harus sadari bahwa kesabaran tidak berhubungan lurus dengan datangnya kemudahan, dan kemudahan bukanlah semata-mata karena kesabaran kita. Tetapi kemudahan/pertolongan adalah mutlak milikNya dan Dia tidak butuh kesabaran kita. Kesabaran adalah peningkat derajat kita dimata Allah untuk menjadi insan yang dicintaiNya. Semoga kita mampu selalu berjuang meraih kesabaran itu. Amin

0 komentar:

Posting Komentar